Senin, 23 November 2020

Mari Melawan Covid-19 Dengan Menerapkan 3-M

   Saat ini sudah hampir satu tahun penuh Indonesia menghadapi virus covid-19 yang sudah banyak memakan korban jiwa bahkan tenaga medis pun mulai kuwalahan dengan banyaknya orang yang terpapar virus covid-19 ini, juga sudah dua semester pembelajaran daring membuat banyaknya peserta didik yang semakin malas dalam belajar terutama peserta didik tingkat Sekolah Dasar yang lebih suka bermain game di handphone dibandingkan dengan belajar di group sekolah yang sudah disediakan.

   Ekonomipun semakin turun drastis, banyak pegawai yang di PHK dari pabrik dan akhirnya menjadi pengangguran, bahkan tingkah kejahatan semakin menjadi-jadi banyak berita beredaran dengan kasus pencopetan, pembegalan, bahkan perampokan rumah yang motif utamanya karena tidak mempunyai cara lain untuk menghidupi keluarga di masa Pandemi. Pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin dengan memberikan subsidi bagi masyarakat menengah kebawah dan juga berusaha sebaik mungkin dalam menangani peningkatan kasus covid-19.

   Pemerintah pun menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk dapat menerapkan 3M yaitu Menjaga jarak, Memakai masker, dan Mencuci tangan. Dengan ketiga hal tersebut diharapkan dapat menekan penyebaran virus covid-19 dan juga upaya dalam melawan virus covid-19 di Indonesia. Oleh sebab itu, dengan banyaknya masalah-masalah yang dihadapi karena dampak dari virus covid-19 ini pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat harus bersatu untuk melawan bahkan membasmi virus covid-19 dengan upaya 3M yang sudah dihimbau oleh pemerintah dan juga selalu menjaga kesehatan tubuh. Dan marilah kita semuanya dapat mematuhi protokol kesehatan dan juga selalu peduli akan himbauan dari pemerintah agar kita semua dapat terhindar dari virus covid-19.


Kelompok Aksara : 

1. Thantri Laro Ibanindah { 12210193004 }

2. Lucky Prasetyo { 12210193008 }

Selasa, 17 November 2020

SASTRA PERIODE 50

Periode 50-an merupakan periode kelanjutan dari periode 45. Munculnya periode 50-an ini dikarenakan pada saat itu telah memasuki tahun 1950. Namun situasi dan kondisinya masih terpuruk. Revolusi kemerdekaan yang mengalami kegagalan menyebabkan munculnya korupsi, manipulasi, dan kegiatan politik yang sewenang-wenang tanpa memperhatikan kepentingan bangsa dan negara. Akibat kejadian tersebut, maka ekonomi Indonesia terpuruk dan perhatian terhadap sastra mulai tersisih. Hal ini pula yang menyebabkan dunia kesusastraan di Indonesia tidak adanya angkatan dikarenakan tidak adanya cita-cita yang akan diperjuangkan.
Pada tahun 1955, di Amsterdam diselenggarakan simposium tentang sastra Indonesia. Soetarno (1976: 72) mengatakan bahwa dalam simposium itu telah tampil beberapa pembicara. Antara lain, Prof. Dr. Werthein, Sultan Takdir Alisyahbana, dan Asrul Sani. Pada simposium tersebut untuk pertama kalinya  terdengar suara pembicara yang mengatakan bahwa krisis sastra disebabkan oleh gagalnya revolusi Indonesia. Selanjutnya, masalah krisis sastra mulai ramai dibicarakan setelah terbit majalah konfrontasi pada pertengahan tahun 1954. Penamaan krisis sastra dalam periode 50-an ini membuat adanya pro dan kontra. Para sastrawan yang pro dengan penamaan krisis satra adalah Sudjatmoko, sultan takdir alisyahbana, Ir. Dr. udin, Rifai Apin, dan asrul sani. Sedangkan yang kontra adalah Nugroho Noto Susanto, S.M. Ardan, Boeyoeng Saleh, Sitor Situmorang, Dan H.B. Jassin. 
Para sastrawan yang pro dengan nama krisis sastra.
1. Sudjatmoko 
Dalam esainya, dengan tegas ia mengatakan bahwa sastra Indonesia sedang mengalami krisis. Krisis itu terjadi karena adanya krisis kepemimpinan politik dan disebabkan oleh adanya kegiatan para sastrawan yang hanya menulis cerpen-cerpen kecil yang permasalahannya hanya berkisar pada psikologi perseorangan. Sedangkan roman-roman besar tidak dihasilkan dan kurangnya buku-buku yang terbit.
2. Sutan Ali Syahbana
Ia mengatakan bahwa masyarakat dan kebudayaan Indonesia terancam dari dua pihak, yaitu statisnya golongan tua dan tidak ada pertumbuhan yang dinamis dari golongan muda sehingga terjadi impasse pada masyarakat dari segi jasmani dan rohani.
3. Ir. Dr. Udin
Ia mengatakan bahwa zaman revolusi suara sastrawan hanya untuk melawan Belanda sehingga setelah merdeka mereka kehilangan tujuan maka muncul kemunduran kualitas dan kuantitas sastra.
4. Rifai Apin
Ia mengatakan bahwa keadaan krisis sastra sesungguhnya setelah meninggalnya Chairil Anwar sehingga menimbulkan kendornya ikatan antara penyair dan orang-orang enggan mengkonsumsi sastra, artinya terjadi pengasingan sastra.
5. Asrul Sani
Dia menyebutkan sebagai krisis sementara. Hal ini dinyatakan karena putusnya hubungan pedesaan dan perkotaan pada nilai-nilai yang benar.

Para sastrawan yang kontra terhadap penamaan krisis sastra meliputi. 
1. Nugroho Notosusanto
Dia mengungkapkan bahwa istilah krisis atau impasse itu tidak benar. Krisis itu merupakan satu sikap pesimisme dari orang-orang tertentu.
2. Boeyoeng Saleh
Dia menolak pendapat Sudjatmoko bahwa krisis terjadi karena adanya jarak antara kebutuhan objektif rakyat Indonesia dan kenyataan sosial. Sebenarnya, tidak ada krisis sastra karena sastra Indonesia masih hidup subur.
3. H.B. Jassin 
Ia beranggapan bahwa krisis terjadi karena ukurannya tidak nyata maka pada periode ini tidak ada krisis. 
Pada periode 50-an telah lahir peristiwa sastra yang ditandai dengan lahirnya sastra majalah yang dinyatakan pertama kali oleh Nugroho Notosusanto dalam tulisannya yang berjudul Situasi 1945 yang dimuat dalam majalah Kompas.

Senin, 16 November 2020

Pecel Pitek dan Ledre

     Pecel Pitik adalah hidangan khas suku Osing di Banyuwangi yang bahan utamanya dari parutan kelapa muda dan ayam kampung muda yang dipanggang secara utuh di perapian. Bumbu yang digunakan yaitu kemiri, cabai rawit, terasi, daun jeruk, dan gula yang di campur dengan parutan kelapa muda, kemudian ayam yang sudah selesai dipanggang, disuwir dengan tangan lalu di campur menjadi satu dengan parutan kelapa muda yang sudah di bumbui.
     Pecel Pitik lumayan sulit didapatkan bahkan saat berkunjung di Banyuwangi, karena makanan ini adalah makanan yang dianggap sakral dan hanya disajikan saat ada acara tertentu saja, seperti hajatan, selametan, atau bersih desa. Walaupun terbilang mudah dalam membuatnya, namun ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar saat memasaknya, sehingga Pecel Pitik  ini dibuat secara khusus dan juga diacara tertentu saja.
     Makanan ini juga merupakan makanan yang sangat unik dan berbeda dengan makanan lainnya. Rasa gurih daging ayam muda yang di panggang dan di campur parutan kelapa yang sudah di bumbui, menghasilkan cita rasa gurih pedas dengan aroma kelapa yang sangat menggoda selera ditambah dengan tekstur daging ayam yang lembut dan empuk menambah kelezatan pada masakan Pecel Pitik ini.

     Ledre, merupakan suatu jajanan khas Bojonegoro yang terbuat dari olahan pisang. Sangat mudah mendapatkan jajanan tersebut, dari mulai sepanjang kota Bojonegoro, perbatasan Bojonegoro, bahkan toko online. Jajanan ini mempunyai bentuk seperti gulungan kertas atau gulungan surat di zaman kerajaan. Olahan yang terbuat dari pisang ini juga mempunyai rasa khas karena diolah menggunakan pisang raja pilihan, selain itu, Pisang raja digunakan untuk mempertahankan aroma khas sekaligus menjadi salah satu resep yang telah diturunkan secara turun-temurun.  
     Ledre, lahir pertama kali di lingkungan Tionghoa Bojonegoro, yaitu Desa Pecinan Kec. Padangan Kab. Bojonegoro, yang mana Ny. Seger merupakan salah satu penggagas makanan ini, dari keterangan beliau, Ledre lahir di tahun 1929-1930. Ledre pertama kali dibuat dengan bahan baku Gaplek ( singkong yang telah dikeringkan) karena seiring berjalan waktu, dan bahan baku juga sulit di cari, akhirnya para pengerajin jajanan ini menggunakan inovasi lain seperti pisang, bahkan sekarang Ledre juga mempunyai banyak varian rasa, seperti Ledre rasa coklat, durian, dll. Nama Ledre muncul dari proses pembuatannya yaitu, "Elet - elet dan di edre - edre", yang mana adonan di taruh di penggorengan lalu di ratakan, kemudian di gulung. 
     Sampai sekarang Ledre masih tetap eksis di dunia jajanan tradisional, yang dulunya masih di bungus plastik, kini, Ledre sudah di bungkus rapi di sebuah karton dengan label yang bermacam-macam, dan bisa ditemui di setiap toko-toko besar, baik Supermarket ataupun pusat oleh-oleh di sekitar Kabupaten Bojonegoro. Disamping itu, Ledre bukan hanya menjadi salah satu jajanan khas Bojonegoro, akan tetapi juga menjadi ikon Bumi Angkling Dharmo.


JADWAL IMSAKIYAH RAMADHAN 1444H KABUPATEN BOJONEGORO

Berikut ini merupakan  informasi terkait  download jadwal imsakiyah, sahur, sholat, terbit dan buka puasa selama ramadhan 2023 di wilayah Bo...