Pecel Pitik adalah hidangan khas suku Osing di Banyuwangi yang bahan utamanya dari parutan kelapa muda dan ayam kampung muda yang dipanggang secara utuh di perapian. Bumbu yang digunakan yaitu kemiri, cabai rawit, terasi, daun jeruk, dan gula yang di campur dengan parutan kelapa muda, kemudian ayam yang sudah selesai dipanggang, disuwir dengan tangan lalu di campur menjadi satu dengan parutan kelapa muda yang sudah di bumbui.
Pecel Pitik lumayan sulit didapatkan bahkan saat berkunjung di Banyuwangi, karena makanan ini adalah makanan yang dianggap sakral dan hanya disajikan saat ada acara tertentu saja, seperti hajatan, selametan, atau bersih desa. Walaupun terbilang mudah dalam membuatnya, namun ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar saat memasaknya, sehingga Pecel Pitik ini dibuat secara khusus dan juga diacara tertentu saja.
Makanan ini juga merupakan makanan yang sangat unik dan berbeda dengan makanan lainnya. Rasa gurih daging ayam muda yang di panggang dan di campur parutan kelapa yang sudah di bumbui, menghasilkan cita rasa gurih pedas dengan aroma kelapa yang sangat menggoda selera ditambah dengan tekstur daging ayam yang lembut dan empuk menambah kelezatan pada masakan Pecel Pitik ini.
Ledre, merupakan suatu jajanan khas Bojonegoro yang terbuat dari olahan pisang. Sangat mudah mendapatkan jajanan tersebut, dari mulai sepanjang kota Bojonegoro, perbatasan Bojonegoro, bahkan toko online. Jajanan ini mempunyai bentuk seperti gulungan kertas atau gulungan surat di zaman kerajaan. Olahan yang terbuat dari pisang ini juga mempunyai rasa khas karena diolah menggunakan pisang raja pilihan, selain itu, Pisang raja digunakan untuk mempertahankan aroma khas sekaligus menjadi salah satu resep yang telah diturunkan secara turun-temurun.
Ledre, lahir pertama kali di lingkungan Tionghoa Bojonegoro, yaitu Desa Pecinan Kec. Padangan Kab. Bojonegoro, yang mana Ny. Seger merupakan salah satu penggagas makanan ini, dari keterangan beliau, Ledre lahir di tahun 1929-1930. Ledre pertama kali dibuat dengan bahan baku Gaplek ( singkong yang telah dikeringkan) karena seiring berjalan waktu, dan bahan baku juga sulit di cari, akhirnya para pengerajin jajanan ini menggunakan inovasi lain seperti pisang, bahkan sekarang Ledre juga mempunyai banyak varian rasa, seperti Ledre rasa coklat, durian, dll. Nama Ledre muncul dari proses pembuatannya yaitu, "Elet - elet dan di edre - edre", yang mana adonan di taruh di penggorengan lalu di ratakan, kemudian di gulung.
Sampai sekarang Ledre masih tetap eksis di dunia jajanan tradisional, yang dulunya masih di bungus plastik, kini, Ledre sudah di bungkus rapi di sebuah karton dengan label yang bermacam-macam, dan bisa ditemui di setiap toko-toko besar, baik Supermarket ataupun pusat oleh-oleh di sekitar Kabupaten Bojonegoro. Disamping itu, Ledre bukan hanya menjadi salah satu jajanan khas Bojonegoro, akan tetapi juga menjadi ikon Bumi Angkling Dharmo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar